Minggu, 12 Oktober 2008

Jangan Singkirkan Si AUTIS


Untuk pertama kalinya, pada tanggal 2 April 2008 di peringati sebagai hari autisme sedunia. Penetapan tanggal tersebut di canangkan oleh PBB karena melihat semakin banyaknya angka kejadian autisme.
Autis atau anak dengan gangguan spectrum autistic ( Autistic Spectrum Disorder / ASD ) yang berobat ke dokter dan psikolog di Indonesia di perkirakan semakin meningkat setia tahunnya, walaupun belum ada data statistic resminya. Gangguan dalam perkembangan penderita autis yang sangat kompleks pada saat ini, terjadi karena adanya gangguan neurobiologist yang mempengaruhi fungsi otak sebegitu rupa, sehingga anak mengalami kesulitan berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif.
Gejala gangguan autisme, bisa terlihat sejak anak lahir sampai berusia tiga tahun. Tanda-tanda yang menunjukkan gangguan pada bayi adalah jika bayi tersebut sangat diam atau sangat rewel, lebih suka bermain sendiri daripada digendong atau diajak main, tidak responsive terhadap suara ibu, tidak berusaha mencari ibu, tidak berusaha menatap mata dan sering menolak bila di dekap atau dibelai.
Apabila keluarga telah mengenali gejala-gejala autisme sejak dini, mungkin gangguan neurobiologist ini dapat di kurangi bahkan dapat sembuh.
Disamping itu, empati dan kepedulian masyarakat ( sebagai lingkungan luar ) merupakan komponen dukungan penting bagi si penderita autisme dan keluarganya. Untuk tidak mengolok-olok atau melecehkan individu autistic dan bersikap lebih toleran terhadap si penderita autistic dan keluarganya. Selain itu, di lingkungan sekolah pun harus memberikan kesempatan pendidikan kepada penyandang autisme yang memang layak dan mampu, dengan memberikan perhatian lebih. Pengharapan kepada pemerintah untuk dapat memberikan jaminan dalam bidang kesehatan, pendidikan dan terapi yang terjangkau oleh para penyandang autisme.
Autisme bisa disembuhkan loh....kenali sejak dini....